Pengalaman Saya Lepas dari Kacamata -4.50
Saya memakai kacamata sejak usia 14 tahun hingga 40 tahun. Dimulai dengan -0.50 D dan -0.75 dan mencapai puncaknya semasa mahasiswa yakni -4.50 D. Ditambah “bonus” silindris -1.00 setelah sekian lama memakai kacamata.
Selama 26 tahun saya telah merasakan segala penderitaan dan repotnya memakai kacamata. Kacamata pecah, hilang , tidak nyaman di pakai, batang hidung tertekan, belakang telingga sakit karena jepitan tangkai kacamata adalah pengalaman yang menyusahkan. Belum terhitung lagi repotnya saat kehujanan atau kacamata beruap saat menikmati makanan panas, membuat lengkap keluhan saya terhadap kacamata.
Setiap kali kacamata bertambah tebal, saya sangat kuatir . Dokter mata saya mengatakan bahwa tidak ada cara untuk menyembuhkan mata saya. Masyarakat menggangap biasa terhadap masalah kacamata. Saya selalu bertanya-tanya apakah penglihatan saya tidak dapat disembuhkan ? Di dunia yang begini luas, masakan tidak ada yang menyelidiki masalah ini ?
Menenemukan Titik Terang
Kengundahan hati saya terhadap kacamata makin bertambah. Selain karena kacamata yang makin tebal, juga karena kacamata isteri saya yang melaju melebihi saya. Dia pada pernah memakai kacamata -8.00D. Kesulitannya tampaknya menutupi kesulitan yang saya rasakan. Saya merasa sangat merindukan ada titik terang dalam hal ini.
Pada tahun 2003, saya berkesempatan berada di Singapura. Saya menyempatkan diri mencari buku tentang mata. Pada rak yang tidak terlalu menarik perhatian, secara kebetulan saya menemukan sebuah buku “ Better Eyesight Without Glasses” karangan Dr. William Bates, MD.
Setelah memeriksa dan membaca sepintas lalu, saya baru menyadari bahwa penulisnya telah lama meninggal dunia (1931) dan tidak banyak buku sejenis yang mendukungnya. Beberapa keraguan saya timbul, apakah isi buku isi dapat dipercaya. Keraguan lain adalah berapa lama saya dapat sembuh ?
Perjalanan Pencarian Dimulai : Setengah Hati dan Sepenuh Hati
Rupanya sebuah titik terang membawa kepada terang berikutnya. Saya dapati beberapa informasi tentang perbaikan penglihatan di internet. Saya pesan beberapa buku dari Amerika via internet. Kemudian beberapa buku sejenis saya temukan di Singapura, dan
Setiap ada kesempatan, saya mencoba-coba penglihatan saya. Sambil pada waktu yang bersamaan melanjutkan membaca buku-buku tersebut. Karena tidak ada contoh yang saya dapat lihat dan bertanya, kemajuan saya dapat dikatakan lambat. Kerajinan pun tidak tetap. Namun perjalanan pencarian dan percobaan pada diri sendiri telah dimulai…
Saya mendapati bahwa cukup banyak orang yang berbicara dan menulis tentang kesembuhan dari kacamata. Setelah merasa banyak pendukung, saya mulai berani mencoba, namun dengan setengah hati dan sambil lalu.
Suatu ketika, beberapa bulan setelah membaca buku Dr. Bates, saya berlibur ke pantai Pelabuhan Ratu. Seharian saya dan keluarga dalam keadaan santai dan menikmati pemandangan alam. Ketika dalam perjalanan pulang saya lupa mengenakan kacamata, sementara isteri saya yang menyetir mengenakan kacamata. Betapa terkejutnya saya, ketika saya dapat membaca jelas sebuah petunjuk jalan, sedangkan istri saya tidak dapat.
Pemikiran saya saat itu adalah mungkin penglihatan saya telah membaik !
Semakin saya yakin bahwa Dr Bates benar, semakin banyak buku pendukung yang sejenis yang saya dapatkan. Saya dapati seorang penulis bernama Meir Scneider yang bahkan sembuh bukan hanya dari kacamata tetapi kebutaan !
Kemudian saya menemukan Dr
Tiga Tahun Kemudian
Setelah pengalaman di pantai yang mengejutkan tersebut, saya semakin yakin bahwa suatu hari saya dapat melihat jelas tanpa kacamata. Dr. Bates menulis bahwa mereka yang tidak memakai kacamata akan lebih cepat dan mudah untuk sembuh.
Esoknya dengan sedikit memberanikan diri, saya putuskan untuk meninggalkan kacamata – untuk selamanya. Ternyata keputusan saya benar. Mata saya kemudian mencapai ketajaman 20/20 dan 20/40. Mata kiri saya masih silindris ….. . Saya yakin suatu hari akan pulih bila kebiasaan mata yang sehat dan rileks dipraktikan terus.
Membagikan Berkat
Ketika saya lepas dari kacamata, isteri saya masih memakai kacamata -7.50. Kedua anak saya, saat mereka kelas 3 dan 4 mulai menderita myopia, kira-kira -1.00 D. Tetapi saya tidak mengijinkan mereka mengenakan kacamata. Alasannya dapt Anda lihat pada Bab….
Apakah kesembuhan saya dari kacamata dapat diulang dan dialami oleh orang-orang yang saya kasihi ?
Saya mencoba merancang sebuah program “Melihat Jelas Tanpa Kacamata” dengan membuatnya sistematis dan mudah diikuti. Program ini pertama dicobakan kepada isteri dan kedua anak saya.
Sungguh di luar dugaan, mereka penglihatannya membaik pada saat latihan pertama ! Isteri saya minusnya berkurang 1.00 diopteri dalam sekitar 6 kali latihan. Anak saya segera bisa membaca semua huruf pada test card, setelah “sunning” (jemur mata dalam keadaan kelopak tertutup) saja. Secara naluri, saya merasa terdorong untuk membagikan pengalaman yang membahagiakan ini kepada orang lain.
Dorongan
Suatu kali saya diundang seminar di suatu tempat, para pendengar sangat tertarik dan antusias dengan hal yang bagi mereka baru ini. Di antara para peserta, ada sorang dokter dan seorang master di bidang olahraga dan kesehatan alami, yang adalah orang-orang yang profesional, memberikan dorongan untuk menulis buku. Saya telah diberi semangat oleh orang yang terhormat.
Dorongan terbesar dari dari isteri saya, yang dengan semangat dan penuh keyakinan mengundang staff dan rekan-rekan seprofesinya untuk mendengarkan seminar saya. Semua peserta memberi komentar dan sambutan yang sangat positif. Bahkan seorang peserta, guru piano, mengirimkan sms sehari setelah seminar dan mengatakan bahwa dia dapati kacamatanya turun -2.00 dalam waktu 2 hari (dari -5.00 menjadi -3.00) .
Setiap kali saya bertemu dengan beberapa sahabat saya yang telah saya bantu dengan program ini, mereka selalau meberikan laporan kemajuan yang positif. Seorang sahabat saya berkata, “ Luar biasa, saya sekarang bisa membaca Alkitab yang hurufnya kecil sekarang !”. Tadinya dia memaki kacamata baca. Yang lain ketika bertemu, berkata, “ Terima kasih untuk program latihannya. Dulunya saya malas membaca buku dan jarang tamat, karena letih dan harus pakai kacamata. Sekarang saya baru selesaikan sebuah buku tebal. Tidak disangka!”
Dorongan yang sangat berharga tersebut, telah mebuat saya memberanikan diri membagikan pengalaman ini.
Semoga berguna bagi para pembaca yang budiman.